Ilmu pengetahuan di abad 20 mempunyai satu lambang, yaitu Atom. Atom adalah metafora dari individualisme. Atom melambangkan kekuatan, pengetahuan, dan kepastian. Atom juga mengandung makna kesederhanaan.
Tetapi lambang ini sudah berlalu. Di abad ke-21, lambangnya adalah the Net. Kebalikan dari Atom, the Net tidak memiliki pusat. The Net melambangkan keseluruhan. The Net adalah tanpa awal, tanpa akhir, tanpa batas.
Di dalam kehidupan alam, the Net berbentuk seperti kawanan lebah (beehive). Kawanan itu adalah kawanan sosial, terdiri dari sangat banyak pikiran, tetapi bertindak sebagai kesatuan saat bergerak. Kawanan lebah memiliki kecerdasan yang tidak dimiliki oleh masing-masing anggotanya. Otak seekor lebah memiliki ingatan sepanjang 6 hari, tetapi kawanan lebah memiliki ingatan selama 3 bulan, 2 kali lebih lama dari umur seekor lebah.
Internet, seperti sebuah beehive, terdiri dari milyaran komputer yang berperilaku seperti sebuah organisme tunggal. Disana terjadi pembelajaran, evolusi dan kehidupan. Dan dari kawanan silikon itu lahirlah sebuah kecerdasan mandiri. Karena itu, Internet dapat kita sebut dengan electronic hive.
Seseorang yang berada dalam Internet memandang dunia dalam sudut pandang yang berbeda. Dia akan melihat dunia yang terdesentralisasi. Semua bagian memegang peran yang seimbang. Semua orang bisa mengambil bagian untuk membuat kebenaran. Tidak ada makna terpusat. Tidak ada pendapat resmi. Bahkan tidak ada kebenaran yang mutlak. Semua pendapat punya pendukung, dan semua pendukung punya pendapat.
The Net adalah organisme dengan ukuran dan batasan yang tidak diketahui. Yang kita ketahui adalah adanya bagian-bagian baru dan fungsi-fungsi baru yang terus ditambahkan dengan kecepatan yang menakutkan. Begitu besarnya organisme ini dan betapa cepatnya perkembangannya sehingga tidak ada seorang manusia pun yang bisa mengaku sebagai ahli dari keseluruhannya.
Seekor lebah di dalam kawanan lebah tidak begitu cerdas, tetapi pikiran kolektif meningkatkan kemampuan mereka ke tingkat yang jauh lebih tinggi. Seperti halnya pada saat kita mengkoneksikan diri ke dalam Internet, sebagai satu titik di dalamnya, banyak hal terjadi yang sama sekali tidak kita sangka, tidak kita mengerti, tidak dapat kita kontrol, bahkan tidak kita sadari.
Pada saat yang sama, bentuk jaringan ini akan membentuk kita. Bukanlah suatu kebetulan post-modernist muncul saat jaringan terbentuk. Sekarang kita hanya mempunyai sekumpulan fragmen. Fragmentasi dari pasar bisnis, dari adat istiadat sosial, dari kepercayaan spiritual, dari etnis, dan dari kebenaran itu sendiri menjadi kepingan-kepingan yang semakin kecil. Masyarakat kita adalah sekumpulan fragmen-fragmen, persis seperti Internet itu sendiri.
Orang-orang yang terkoneksi secara mendalam pada masyarakat seperti ini tidak bisa lagi bergantung kepada pedoman terpusat. Mereka dipaksa untuk menciptakan budaya, kepercayaan, pasar, dan identitasnya sendiri. Keutuhan yang muncul dalam bentuk terdistribusi dan tanpa kepala, menjadi bentuk masyarakat sosial yang ideal.
Kritikus pada awal era komputerisasi mengkhawatirkan akan muncul suatu otoritas yang mengontrol dan mengawasi semuanya, tetapi hal itu terbukti salah. Sekarang kita tahu bahwa tidak ada seorang manusia pun yang bisa mengontrol Internet, bahkan tidak ada satu pemerintah negara manapun yang bisa mengontrolnya. Internet telah membentuk negaranya sendiri. Negara yang terdiri dari simpul-simpul pemikiran yang terdesentralisasi. Negara tanpa pemimpin, dimana siapapun, sekecil apapun, memiliki peran yang sama.
Electronic Hive telah menimbulkan pro dan kontra. Ada yang mendukung dan menerimanya dengan tangan terbuka, ada pula yang menolaknya.
Pada sisi pendukungnya, electronic hive dipandang sebagai jalan untuk menjadi lebih manusiawi. Karena fleksibilitasnya, kemampuan adaptasinya, dan kebebasannya, maka masyarakat di dalamnya akan menjadi lebih manusiawi, dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya dimana masyarakat dipaksa mengikuti peraturan dan etika, dibatasi oleh berbagai ketidakmampuan yang mengekang.
Pada sisi koin yang satu lagi, para penolak electronic hive justru memandang fenomena ini akan menjadikan manusia kehilangan kemanusiaannya. Manusia adalah makhluk yang adaptif. Dia dapat beradaptasi dengan cepat. Di dalam electronic hive, orang akan dipaksa beradaptasi dengan sangat cepat, terombang-ambing mengikuti arus, tanpa sempat menyelami kebijaksanaan dirinya. Nilai-nilai budaya, kepercayaan, kebijaksanaan akan menjadi semakin dangkal. Manusia membutuhkan durasi waktu untuk menelan perubahan dan menyelami apa yang terjadi. Itulah yang memunculkan kebijaksanaan yang membentuk budaya manusia. Di dalam electronic hive pada akhirnya orang akan bertanya-tanya: siapakah saya, mengapa saya disini, saya akan dibawa kemana? Karena itu jangan heran bila kita pernah menyaksikan betapa seseorang yang telah ditanamkan nilai-nilai dalam dirinya sejak kecil, namun dapat berubah sehingga melupakan nilai-nilai tersebut setelah terkoneksi ke dalam electronik hive.